Laporan Elektronika Karakteristik Dioda

Karakteristik Dioda


Abstrak
Telah dilakukan praktikum tentang Karakteristik Dioda. Dioda merupakan bahan semikonduktor dan karakteristiknya dapat diketahui dari hubungan antara arus dioda dan beda tegangan antara kedua ujung dioda.. Tujuan dari praktikum ini yaitu menggambarkan dan menginterpretasi kurva karakteristik Arus – Tegangan (I–V) dari dioda penyerah dan dioda zener, menentukan garis beban dan titik kerja berdasarkan kurva I – V dioda penyearah dan menentukan tegangan zener berdasarkan kurva I – V dioda zener.Dalam percobaan ini dilakukan pengukuran terhadap tegangan output dengan memanipulasi resistor dan frekuensi sumber. Berdasarkan analisis grafik dimana nilai tegangan diodanya untuk bias maju berkisar 0.58 volt sedang untuk bias mundurnya tegangan diodanya berkisar -5,2 Volt serta tegangan zener yang diperoleh sebesar -3.36 Volt. Dari hasil analisis tersebut disimpulkan bahwa untuk dioda penyearah apabila dioda diberi tegangan bias maju maka arus yang dihasilkan akan semakin besar dan arusnya akan semakin kecil pada saat di beri bias mundur namun berbeda dengan dioda zener karena dioda zener lebih cenderung bekerja pada bias mundur dan menghasilkan tegangan dadal.


Kata kunci: dioda zener, dioda penyearah, bias maju, bias mundur, garis beban, titik kerja, arus
                   dioda dan tegangan dioda.


A. Metode dasar Dioda merupakan perangkat semikonduktor sambungan P – N paling sederhana yang memiliki sifat mengalirkan arus hanya dalam satu arah. Penipisan dan penebalan lapisan deplesi antar persambungan menjadi kunci dari sifat dioda sambungan P – N. Berbeda dengan sebuah resistor, sebuah dioda tidak berperilaku linier terhadap tegangan yang diberikan melainkan dioda menghasilkan karakteristik I – V yang eksponensial. Notasi atau simbol dioda sambungan P – N ditunjukkan pada gambar beriku Proses  difusi ini tidak berlangsung  selamanya  karena elektron  yang  sudah berada  di tempatnya  akan  menolak  elektron  yang  datang  kemudian.   Proses  difusi berakhir saat tidak ada lagi elektron yang memiliki cukup energi untuk mengalir.
Pada  model  rangkaian diode  terdapat  sumber  tegangan untuk  menggambarkan bahwa arus  mundur  tidak  akan  mengalir  sampai tegangan  negatif  pada  kaki  diode  melebihi 10V.
B. Identifikasi Variabel
C. Definisi Variabel
D. Alat dan Bahan
E. Prosedur Kerja

G. Pembahasan
H. Kesimpulan



(Dasar, 2013)
Sesaat  setelah  terjadi  penyambungan, pada  daerah  sambungan  semikonduktorterjadi  perubahan.   Pada  daerah  tipe-n  (gambar  7.1,  sebelah  kanan)  memiliki  sejumlah elektron yang akan dengan mudah terlepas dari atom induknya.  Pada bagian kiri (tipe-p),  atom  aseptor  menarik  elektron  (atau  menghasilkan  lubang).  
 Kedua  pembawa muatan  mayoritas  tersebut memiliki  cukup  energi  untuk  mencapai material  pada  sisi lain  sambungan.   Pada  hal ini di  difusi  elektron dari tipe-n  ke  tipe-p dan difusi lubang dari tipe-p ke tipe-n.

(Oklilas, 2007)
Karena elektron bebas pada bahan jenis-n akan berdifusi melalui sambungan, masuk kedalam bahan jenis p, dan terjadi rekombinasi dengan lubang-lubang yang ada dalam bahan p. Sebaliknya juga terjadi, yaitu lubang bahan berdifusi masuk kedalam bahan n,dan ber-rekombinasi dengan elektron dan saling meniadakan muatan. Akibatnya, tepat pada sambungan p-n terjadi daerah tanpa muatan bebas, yang disebut daerah pengosongan (Sutrisno, 1986).
Kurva Karakteristik Dioda
Ada dua daerah operasi dioda sambungan P – N dan ada tiga kondisi bias yang dapat diberikan:
1.    Zero Bias – kondisi di mana tidak ada potensial eksternal yang diberikan kepada kedua ujung dioda menghasilkan keseimbangan jumlah pembawa mayoritas, elektron dan hole, dan keduanya bergerak dalam arah yang berlawanan. Kondisi keseimbangan ini dikenal sebagai keseimbangan dinamis (dynamic – equilibrium).
2.    Reverse Bias – kondisi di mana kutub positif sumber potensial eksternal dihubungkan ke sisi N dioda dan kutub negatif sumer potensial eksternal dihubungkan ke sisi P dioda.
Kondisi ini menghasilkan suatu nilai resistansi yang tinggi antar persambungan dan praktis tidak menghasilkan aliran pembawa muatan mayoritas dengan meningkatnya potensial sumber. Namun, sejumlah arus kebocoran yang sangat kecil akan melewati persambungan yang dapat diukur dalam orde mikroampere (mA).
(Dasar, 2013).
Pada bias arah mundur arus yang mengalir amat kecil, dan sampai-sampai batas-batas tertentu tak tergantung pada tegangan dioda. Arus ini terdiri dari arus pembawa muatan minoritas, mengalir dari anoda ke katoda yang disebut arus penjenuhan dioda. Pada bias arah mundur tertentu lengkung ciri turun dengan curam, dikatakan terjadi kedadalan (breakdown). Tegangan mundur dalam keadaan ini disebut teganga dadal atau tegangan balik puncak dan biasanya terjadi pada tegangan 50 V, 100 V, 200 V, hingga beberapa KV. (Bakri, Martawijaya, & Shaleh, 2008)
3.    Forward Bias – Kondisi di mana kutub positif sumber potensial eksternal dihubungkan ke sisi P dioda dan kutub negatif sumer potensial eksternal dihubungkan ke sisi N dioda.
Kondisi ini menghasilkan suatu nilai resistansi persambungan P – N yang sangat rendah sehingga memungkinkan arus yang sangat besar mengalir walaupun hanya dengan potensial sumber yang relatif kecil. Perbedaan potensial aktual yang timbul pada kedua ujung persambungan dioda akan bernilai tetap akibat aksi dari lapisan deplesi yang bernilai sekitar 0,3 V untuk germanium dan 0,7 V untuk silikon. (Dasar, 2013).
Dioda Zener
Telah dibahas sebelumnya bahwa dioda menahan arus dalam kondisi reverse bias dan akan menghasilkan kerusakan (breakdown) bila tegangan balik yang diberikan terlalu besar. Berbeda halnya dengan dioda zener atau biasa disebut dioda breakdown, pada dasarnya sama dengan dioda sambungan P – N standar kecuali dirancang secara khusus menghasilkan tegangan balik atau breakdown yang lebih rendah dan relatif konstan sehingga sangat baik digunakan dalam arah reverse bias sebagai regulator tegangan. Titik di mana dioda zener mengalami breakdown atau konduksi disebut tegangan zener ”VZ”. (Dasar, 2013).
Kurva  karakteristik  I-V untuk diode  Zener  dapat  dibuat  dengan bentuk  linier seperti diperlihatkan pada gambar 7.13.  Pada saat panjar maju,  arus mengalir dengan bebas, hambatan maju sangat kecil dan dapat diabaikan.  Pada tegangan panjar mundur lebih besar dari tegangan patah, besarnya hambatan dapat diperkirakan dengan melihat kurva pada gambar 7.13-b sebesar

(Oklilas, 2007)
Konsep Garis Beban
Garis beban merupakan garis lurus degan kemiringan = , memotong sumbu VD pada VDD dan sumbu ID pada titik ID=IA= . Dimana ID dan IA  ditentukan dari kurva karakteristik dioda
(Bakri, Martawijaya, & Shaleh, 2008).
Kegiatan 1. Rangakaian dioda penyearah
a.    Variabel Manipulasi    : Tegangan dioda  (V).
b.    Variabel Respon          : Arus dioda (mA) pada bias maju dan (mA) pada bias mundur.
c.    Variabel Kontrol         : Resistansi Resistor (W), tegangan sumber (V).
Kegiatan 1. Rangakaian Dioda zener
a.    Variabel Manipulasi    : Tegangan dioda  (V).
b.    Variabel Respon          : Arus diode (mA)
c.    Variabel Kontrol         : Resistansi Resistor (W), tegangan sumber (V).

a.    Variabel manipulasi
Tegngan dioda merupakan besarnya tegangan yang terbaca pada Voltmeter yang dirangkai parallel dengan dioda akibat dari perubahan potensiometer yang satuannya adalah Volt. Dimana tegangan dioda untuk bias maju kenaikannya 0.05 Volt sedang untuk bias mundur kenaikannya 0.5 Volt.
b.    Variabel Respon         
Arus dioda merupakan besarnya arus yang berasal dari rangkaian  yang terbaca pada Amperemeter akibat Amperemeter dirangkai seri dengan dioda dan resistor dimana satuannya adalah mA baik pada bias maju dioda penyearah dan dioda zener serta bias mundur untuk dioda zener namun satuannya mA untuk bias mundur pada dioda penyearah.
c.    Variabel Kontrol
a.    Resistansi Resistor (R) merupakan nilai dari resistor yang digunakan sebagai penghambat muatan ataupun arus yang terbaca pada spesifikasi dari komponen tersebut dengan satuan ohm yang  bernilai 56W.
b.    Tegangan sumber merupakan besarnya tegangan yang berasal dari power supplay dan terbaca pada voltmeter dimana untuk bias maju baik pada dioda penyerah maupun dioda zener besarnya Vs= 2 Volt sedang untuk bias mundur diode penyearah sebesar 10 Volt dan diode zener sebesar 15 Volt.

1.    Power Supply 20 Vdc    1 buah
2.    Voltmeter 0 – 10 Vdc    1 buah
3.    Ammeter 0 – 1 Adc       1 buah
4.    Potensiometer                1 buah
5.    Resistor 56 W                1 buah
6.    Dioda Penyearah           1 buah
7.    Dioda Zener                  1 buah
8.    Kabel Penghubung        8 buah

1.    Kondisi forward bias
a.    Membuat rangkaian percobaan seperti pada gambar berikut.
b.    Mengukur tegangan sumber sebesar 2 V untuk kondisi forward bias.
c.    Mengatur potensiometer VR pada posisi minimum dan mengamati penunjukan kedua alat ukur.
d.    Menaikkan tegangan bias dengan mengatur potensiometer hingga voltmeter menunjukkan nilai 0,05 V (atau bergantung pada sensitivitas alat ukur), mencatat penunjukan kedua alat ukur pada tabel pengamatan.
e.    melakukan kegiatan (c) untuk tiap kenaikan tegangan bias 0,05 V hingga maksimum.
2.    Kondisi reverse bias
a.    Mengukur tegangan sumber sebesar 10 V untuk dioda penyearah dan 15 V untuk dioda zener.
b.    Menaikkan tegangan bias dengan mengatur potensiometer hingga voltmeter menunjukkan nilai 0,5 V (atau bergantung pada sensitivitas alat ukur), mencatat penunjukan kedua alat ukur pada tabel pengamatan.

Pada praktikum karakteristik dioda ada dua kegiatan yang dilakukan yakni megamati kondisi dioda zener dan dioda penyearah pada kondisi bias maju dan bias mundur.
Pada pratikum ini yang menjadi variabel manipulasinya adalah tegangan dioda dan variabel responnya adalah arus dioda.
            Pada kegiatan 1 yatiu diode penyearah kita akan melihat bagaimana kondisi dioda pada saat diberi bias maju dan bias mundur. Secara teori pada saat dioda belum diberi tegangan bias, nilai ID=0 dan VD=0. Pada saat nilai dari tegangan dioda diperbesar  dalam hal ini dioda diberi tegangan bias maju dimana kutub positif sumber dihubungkan dengan bagian p dan kutub negative sumber dihubungkan dengan bagian n maka setelah melewati tegangan bariernya yaitu berkisar 0.6 Volt untuk dioda dengan bahan silikon  maka arus dioda akan naik dengan cepat seiring dengan perubahan tegangan dioda yang menghampiri maksimum. Sedang pada saat dioda diberi tegangan bias mundur, dimana kutub positif sumber dihubungkan dengan bagian n dan kutub negative sumber dihubungkan dengan bagian p maka arus yang mengalir amat kecil setelah melewati tegangan untuk silicon sebesar -0,25 V karena lapisan deplesi mulai melebar sehingga elektron akan susah mengalir. Karena arusnya sangat kecil maka arus tersebut diukur dengan menggunakan satuan mA.
Dengan melihat data yang diperoleh secara praktikum, apa yang dikatakan teori itu benar yakni grafik yang dihasilkan pada saat bias maju itu merupakan grafik eksponensial dimana arusnya akan semakin besar jika tegangannya diperbesar. Untuk mengetahui titik kerja diode terlebih dahulu kita harus mencari garis bebannya dimana garis beban itu sendiri merupakan garis kemiringan yang menghubungkan antara tegangan dioda dengan arus diode. Setelah kita membuat garis beban maka kita melihat perpotongan atara garis beban dengan grafik eksponensial diode tadi. Setelah itu kita menarik suatu hubungan unuk memperoleh tegangan diode arus diode pada saat berada pada titik kerja diode. Dimana titik kerja yang diperoleh yaitu berada pada tegangan 0.52 Volt dan arusnya berkisar 9,48 mA.
Antara teori dan praktikum terdapat perbedaan nilai tegangan bariernya karena secara teori tegangan bariernya 0,6 Volt sedangkan pada saat praktikum nilai tegangan bariernya berkisar 0,5 Volt. Hal ini dapat disebabkan karena diode yang digunakan sudah tidak efektif lagi karenaa telah keseringan digunakan.
            Pada saat bias maju grafik yang dihasilkan secara praktikum sudah sesuai yang dikatakan teori yakni arusnya akan mengecil karena bergerak dari arah 0 ke negative, dan besar arusnya menggunakan satuan mA karena pada saat kami mencobanya dengan menggunakan satuan mA, tidak ada arus terbaca karena mengingat arusnya sangat kecil sehingga menggunakan satuan mA.
            Untuk memperoleh tegangan diodanya dan arus diodanya pada saat diode mengalami titik kerja maka terlebih dahulu kita harus menentukan titik kerja denganterlebih dahulu menentukan garis bebannya. Adapun tegangan diode yang diperoleh yaitu -5,2 Volt dan arusnya sebesar -0.44 mA. Arus dan  tegangan bernilai minus karena dalam kondisi reverse bias.
Apa yang dikatan teori benar karena arus mulai menurun dengan cepat setelah melewati -5,2 volt.
            Pada kegiatan 2 yaitu diode zener prinsipnya sama dengan diode penyearah namun yang membedakannya pada diode zener karena bias mundurnya lebih cepat mencapai arus maksimumnya dibandingkan bias majunya karena diode zener memang dirancang secara khusus menghasilkan tegangan balik atau breakdown yang lebih rendah dan relatif konstan sehingga sangat baik digunakan dalam arah reverse bias sebagai regulator tegangan. Secara teori dioda zener dibuat agar mempunyai  tegangan dadal pada nilai teretntu antara 3V dan  100 V.
Adapun data yang diperoleh secara praktikum yaitu kita harus mentukan garis bebannya dan titik kerja. Setelah diperoleh titik kerja maka kita membuat hubungan antara tegangan dioda dan arus dioda maka hasil hubungannya itu merupakan tegangan zener yang berkisar -3.36 V pada keadaan bias mundur. Data yang dipeoleh secara praktikum sudah sesuai yang dikatakan teori.

Dari percobaan diatas dapat dismpulkan bahwa:
1.     Untuk dioda penyearah maupun zener itu untuk bias maju hubungannya itu linear semakin besar tegangan dioda semakin cepat pula arus mengalir secara eksponensial sedangkan bias mundur itu kebalikan dari bias maju.
2.    Garis beban dapat di tentukan dengan menghubungkan tegangan sumber dengan arus maksimumnya sehingga memotong kurva, dimana perpotongan kurva dengan garis beban adalah titik kerjanya
3.    Tegangan zener dapat ditentukan dengan terlebih dahulu menentukan garis beban dan titik kerjanya.



Daftar Pustaka
Bakri, A. H., Martawijaya, M., & Shaleh, M. (2008). Dasar-Dasar Elektronia Buku 1. Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Dasar, T. E. (2013). Penuntun Praktikum Elektronka Dasar 1. Makassar: Laboratorium Unit Elektronika dan Dokumentasi.

Oklilas, A. F. (2007). Elektronika Dasar.

Sutrisno. (1986). Elektronika Teori dan Penerapannya. Bandung: ITB.




Untuk mendapatkan versi lengkapnya, silahkan unduh/download DISINI

Postingan terkait: