Laporan Eksperimen Fisika Modern mengukur medan magnet bumi dengan kumparan berputar


MENGUKUR MEDAN MAGNET BUMI DENGAN KUMPARAN BERPUTAR



Abstrak. Telah dilakukan percobaan tentang mengukur medan magnet bumi dengan kumparan yang berputar. Tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan komponen medan magnet bumi dan menentukan sudut inklinasi medan magant bumi. Medan magnet adalah daerah yang berada disekitar magnet yang masih dipengaruhi oleh magnet tersebut . Sudut inklinasi yaitu sudut yang dibentuk oleh medan magnet bumi dengan sumbu rotasi bumi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode ilmiah dimana pada percobaan ini mententukan berapa besar medan magnet di setiap sumbu x, y dan z yang dipeoleh sebesar 0,0000906 tesla, 0,000111 tesla dan 0,0000555 tesla, serta menentukan sudut dari arah medan magnet bumi yang diperoleh sebesar 21,140. Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa nilai medan magnet dari setiap sumbu yang di amati berbeda-beda.



KATA KUNCI: Medan Magnet, Sudut Inklinasi, Magnet Bumi.

                                                              

PENDAHULUAN

Salah satu mekanisme pertahanan bumi dari adanya serangan radiasi dan sampah-sampah angkasa adalah dengan adanya medan magnet bumi. Medan magnet bumi ini membentuk dua buah kutub magnet. Kutub utara medan magnet bumi terdapat di kutub selatan geografi bumi sedangkan kutub selatan medan magnet bumi terdapat di bagian kutub utara bumi. Namun kompas tidak tepat menghadap ke utara geografi bumi karena ada perbedaan letak poros utara bumi dengan poros kutub selatan magnet. Sudut yang dibentuk dari penyimpangan medan magnet bumi dengan arah geografis bumi disebut juga dengan sudut inklinasi.
Keberadaan medan magnet bumi ini dimanfaatkan oleh manusia dalam hal navigasi yang mempermudah manusia dalam menentukan arah. Medan magnetik yang asal-usulnya masih belum dipahami sepenuhnya oleh para ilmuwan, mampu menangkap partikel-partikel nuklir yang berenergi tinggi, umumnya berupa proton dan electron.
Penelitian medan magnet bumi menunjukkan penyimpangan karena mineral penyusun batuan ada yang bersifat magnet seperti Magnetit (Fe3O4), Hematit (Fe2O3), Ilmenit (FeTiO3) dan Pyrrhotit (Fe2-xS). Atom-atom dalam mineral tersebut tersusun geometris dimana orbit individual dan kisaran elektron diarahkan lewat suatu zona kecil tertentu berdiameter beberapa mikron dan dikenal sebagai magnetik domain, menyebabkan mineral tersebut bersifat magnetis. Kekuatan kemagnetannya tergantung pada proporsi kisaran elektronnya yang searah atau terbalik satu sama lain. Magnetit dan pyrrhotit memiliki kemagnetan kuat karena elektron-elektronnya searah, sedang hematit dan ilmenit kekuatannya lemah karena elektron sekitarnya cenderung arahnya terbalik. Pada temperatur diatas temperatur Curie/temperatur kritis (55oC-600oC) gerak-gerak atom begitu besar sehingga magnetik domeinnya tidak ada dan berakibat sifat kemagnetannya hilang. Ketika temperatur turun di bawah temperatur kritis tersebut maka arahnya diatur lagi oleh pengaruh medan magnet bumi.


TEORI

Para ilmuwan berpendirian bahwa medan magnet dihasilkan oleh arus listrik akibat besi-nikel pada inti planet, dan arus yang dihasilkan akibat rotasi planet. Penjelasan ini tak lebih daripada teori yang ternyata tidak bisa menjelaskan mengapa planet Jupiter yang memiliki inti besi-nikel paling banyak, dan interior dalam mungkin terdiri dari hidrogen metalik, juga memiliki medan magnet. Kemudian inti Matahari terdiri dari plasma super-panas yang sebagian besar terdiri dari hidrogen dan helium, juga memiliki medan magnet.[1]
Pada tahun 1830 sampai 1842, Karl Frederick Gauss melakukan pengamatan secara detail terhadap medan magnet bumi. Dia menyimpulkan bahwa sumber medan magnet bumi berasal dari dalam bumi. Dia juga menyatakan bahwa medan magnet bumi juga memiliki hubungan erat dengan perputaran bumi karena kutub magnet bumi dekat dengan sumbu putaran bumi. Selain poros medan magnet bumi yang sering berpindah-pindah. Dalam sejarah terbentuknya bumi telah terjadi beberapa kali pembalikan kutub bumi dimana utara menjadi selatan dan selatan menjadi utara. Sejak 160 Juta tahun yang lalu sudah terjadi ratusan kali pembalikan kutub magnet. Walaupun sudah terjadi ratusan kali, pembalikan kutub magnet ini tidak menunjukkan pola perulangan tertentu sehingga sulit untuk memprediksi kapan kutub magnet akan terbalik lagi. [1]
Pada tahun 1927, serorang ilmuwan Belanda Jacob Clay menemukan bukti bahwa radiasi kosmis primer dipengaruhi oleh medan magnet bumi. Dalam perjalanan udaranya menuju Indonesia, dia menemukan bahwa intensitas radiasi kosmis berkurang pada saat mendekati ekuator medan magnet bumi. Medan magnet bumi yang berasal dari dalam bumi membentang hingga jauh ke luar angkasa. Medan magnet membentuk perisai tidak kasat mata yang disebut magnetosfer. Perisai ini melindungi kita dari dahsyatnya radiasi kosmis dan bahaya-bahaya yang berasal dari Matahari. Bahaya ini mencakup badai Matahari (yang berupa aliran terus menerus partikel bermuatan listrik), ledakan Matahari (yang dalam beberapa menit dapat melepaskan energi setara dengan miliaran bom Hidrogen), dan pelontaran massa korona/Coronal Mass Ejections.Daerah medan magnetik bumi yang memerangkap partikel-partikel nuklir berkecepatan tinggi membentuk sebuah sabuk yang pertama kali ditemukan oleh sebuah tim ilmuwan di Amerika yang dipimpin oleh James S. van Allen. James van Allen bahkan terus melanjutkan penelitiannya yang berhasil menunjjukkan sebuah sabuk radiasi yang mengelilingi bumi. Sabuk radiasi ini lalu diberi nama sabuk radiasi van Allen.
Garis-garis gaya magnet bumi yang membentang jauh ke angkasa, menangkap partikel-partikel bermuatan yang bergerak melingkari garis-garis gaya magnet. Karena garis-garis ini paling banyak berada di daerah kutub, maka pada daerah inilah partikel bermuatan listrik menembus ke dalam atmosfer bumi dan menyebabkan suatu pertunjukkan alam yang disebut cahaya kutub atau aurora.
Tinjau sebuah kumparan induksi dengan jumlah lilitan N dan luas penampang . Bila kumparan tersebut diputar dengan kecepatan sudut  di dalam medan magnet homogen B, diameter d, kumparan sebagai sumbu, maka timbul fluks magnetik  sebesar:


Langkah selanjutnya menghubungkan seluruh komponen alat ke sumber tegangan PLN termasuk komputer. Kemudian meng-klik ikon CASSY pada komputer, setelah itu akan muncul tampilan menu CASSY. Lalu mengatur rentang tegangan antara -1 mV-1mV dan batas waktu pengukuran 20 sekon. Menghidupkan motor, lalu menaikkan kecepatannya perlahan-lahan mendekati 0,3 rev/s. Mengatur 2 kabel penghubung  berwarna merah dan biru yang akan melilit eksperimen motor dan memastikan kabel tersebut tidak sampai pada ujungnya. Selanjutnya melakukan perekaman data eksperimen tegangan induksi sebagai fungsi waktu dengan menekan F9 pada keyboard atau pilih measurement pada menu CASSY.
Untuk setiap perekaman data selesai maka dilakukan proses penyimpanan data dengan cara memilih save pada menu file. Adapun proses perekaman dilakukan 5 kali untuk setiap dimensinya, dimana perekaman data dilakukan pada 3 dimensi ruang yaitu x, y, dan z.



Berdasarkan Percobaan yang dilakukan, besar komponen medan magnet yang diperoleh pada arah rotasi sumbu x sebesar . Arah rotasi sumbu y  sebesar  dan arah sumbu z sebesar . Sudut inklinasi dari arah medan magnet bumi diperoleh sebesar 21,14o.


SIMPULAN

Berdasarkan hasil data eksperimen, besar komponen medan magnet yang diperoleh berbeda  pada setiap arah sumbu rotasi (x, y, dan z). Besar komponen medan magnet yang diperoleh pada arah rotasi sumbu x sebesar . Arah rotasi sumbu y  sebesar  dan arah sumbu z adalah sebesar . Dan sudut inklinasi medan magnet bumi yang diperoleh adalah sebesar 21,14o dari sumbu rotasi bumi.


REFERENSI

[1]Mukhlis Akhadi dan Hasnel Sofyan, 1999. Medan Magnet Bumi. Buletin ALARA. Jakarta

[2]Subaer, dkk. 2013. Penuntun Praktikum Eksperimen Fisika I Unit Laboratorium Fisika Modern Jurusan Fisika FMIPA UNM

Untuk mendapatkan versi lengkapnya, silahkan unduh/download DISINI

Postingan terkait: